Cegah Penularan Penyakit Pasca Banjir, Relawan BSMI Gelar Pemeriksaan Kesehatan Gratis dan Bangun MCK Sementara di Pengungsian Bencana Banjir Luwu Utara

LUWU UTARA-Jumat (17/07/2020), relawan BSMI Luwu Utara dan Luwu yang tergabung dalam posko lapangan BSMI Sulsel membuka layanan kesehatan di lokasi bencana banjir bandang Luwu Utara. Tim Medis BSMI melakukan pemeriksaan kesehatan (Pemkes) melalui mobile clinic ke tenda-tenda pengungsian. Hari keempat, mereka melakukan pemeriksaan kesehatan 

ke tenda pengungsian yang terletak di wilayah pegunungan, tepatnya di Desa Meli, Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara. Desa ini salah satu titik terparah dampak banjir yang terjadi pada 13 Juli 2020 malam.

Di waktu yang sama, sebagian tim medis BSMI lainnya menggelar layanan kesehatan di posko BSMI dan pemukiman penduduk di Perumahan Kelapa Gading, Desa Radda, Kecamatan Baebunta. Layanan kesehatan ini akan terus dibuka dan dilakukan oleh relawan medis BSMI hingga kondisi kembali pulih di lokasi bencana. 

Selain Pemkes, relawan BSMI di posko 02 membangun MCK di empat titik pada posko pengungsian di Perumahan Kelapa Gading, Desa Radda, Kecamatan Baebunta. “Selain kegiatan rutin penyaluran bantuan seperti sembako di lokasi bencana, hari ke empat kami mulai membuka pelayanan kesehatan, baik di posko 2 BSMI maupun mobile clinic dengan mendatangi korban banjir di pengungsian. Pencegahan penyakit ini penting dilakukan mengingat pengalaman di berbagai bencana, penyakit menular sangat rawan terjadi saat pasca.  Begitu pula dengan sanitasi seperti MCK. Kami bangun karena saat ini sangat dibutuhkan oleh pengungsi,” terang Sul Arrahman, Ketua BSMI Luwu yang kini dipercaya sebagai koordinator lapangan misi kemanusiaan BSMI SULSEL di Luwu Utara.  

Pada hari keempat, beberapa relawan tim medis BSMI Sulsel mulai diturunkan ke lokasi bencana banjir di Luwu Utara. Keputusan ini dilakukan setelah tim BSMI melakukan assesment dan report di lapangan selama tiga hari pasca banjir. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa selain kebutuhan sembako dan pakaian, masyarakat di pengungsian juga butuh pemeriksaan medis. 

Berdasarkan data  Badan Penanggulangan Bencana Daerah Propinsi Sulawesi Selatan yang tercatat pada 17 Juli 2020, Banjir Luwu Utara menyebabkan lebih dari 15 ribu jiwa penduduk dari 6 kecamatan di daerah penghasil kakao tersebut mengungsi ke tempat aman. Sebanyak 34 orang meninggal dunia dan 16 orang masih dalam pencarian. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *